Translate

Monday, March 16, 2015

MPM Muhammadiyah Miliki Divisi Pemberdayaan Difabel




Solider.or.id, Yogyakarta- Sejak tahun 2005, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah memiliki Divisi Pemberdayaan Kaum Margiinal. Sedangkan rancangan pemberdayaan untuk difabel sudah ada sejak 2005 namun baru terealisasi pada awal tahun 2014 sejak Arni Surwanti memperkuat MPM.
Awal berdirinya, divisi ini bekerja sama dengan salah satu organisasi difabel yang berlokasi di Yogyakarta, yakni Center for Improving Qualified Activity in Live of People with Disabilities (CIQAL) dalam upaya pendampingan kepada masyarakat difabel di Kecamatan Lendah, Kulon Progo, Yogyakarta dan di Purworejo. Pendampingan tersebut berupa penguatan secara kelompok dan penguatan secara personal melalui pertemuan rutin, pengajian, pelatihan, konsultasi, bakti sosial, pelatihan pertanian dan pakan ternak, dll.
Di samping pertemuan rutin bulanan di Kantor MPM yang berada di Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan 103 Yogyakarta ini, MPM sedang memproses pembuatan kartu Ikatan Disabilitas Purworejo (IDP), pembuatan legal draft / akta notaris keorganisasian Difabel Lendah-Galur, dan proses pendaftaran BPJS kesehatan secara cuma-cuma untuk difabel domisili Yogyakarta.
Sudah Mulai Advokasi
“Tujuan adanya divisi program disabilitas ini agar masyarakat rentan menjadi lebih berdaya dengan adanya kebijakan yang tidak diskriminatif. Juga perlu adanya pendampingan langsung dan pendidikan kepada masyarakat umum bahwa difabel memiliki hak yang sama”, ungkap Arni Surwanti selaku pegiat divisi program disabilitas MPM.
Arni menambahkan, sebelum adanya silaturahmi rutin bulanan di kantor MPM Muhammadiyah, divisi ini sudah melakukan advokasi selama 1 tahun bekerja sama dengan CIQAL dan Himpunan Wanita Difabel Indonesia (HWDI). Advokasi ini berupa pendampingan dan pemberdayaan secara riil kepada kelompok marjinal seperti pedagang kasongan dan tukang becak. Tujuannya agar dapat meningkatkan kapasitas mereka dalam bidang pendidikan, sosial, dan kesehatan.
Sedangkan menurut Muhammad Qomarudin selaku relawan MPM, progam disabilitas muncul karena bagian dari visi besar MPM Muhammadiyah yaitu mengingkatkan kapasitas, harkat, martabat, daya saing, posisi tawar masyarakat menuju kehidupan sosial yang adil dan berkeadaban. Masyarakat di sini khususnya masyarakat yang termarginalkan.
Dalam rangka mencapai visi tersebut, maka MPM mengembangkan advokasi dan model pemberdayaan masyarakat, sehingga dibentuklah divisi advokasi dan model pemberdayaan kaum marjinal.
Divisi yang bertanggungjawan untuk program pemberdayaan disabilitas yaitu Divisi Advokasi serta Divisi Pemberdayaan Usaha Mikro dan kaum Marjinal yang biasa disebut Divisi Pemberdayaan kaum Marjinal atau Divisi Proletar. Divisi Advokasi lebih pada memperkuat posisi keorganisasian ke atas, misal kepada pemerintah, advokasi kebijakan pemerintah untuk pro kepada difabilitas, serta membuat akta notaris untuk legalitas. Sedangkan Divisi Pemberdayaan Kaum Marjinal memperkuat keorganisasian kebawah, bentuknya pendampingan langsung langsung kepada disabilitas, mengadakan pelatihan untuk menambah ketrampilan dan daya tawar difabilitas, pengajian untuk spiritual, bakti sosial, dan layanan kesehatan.

Kegiatan yang aktif hingga kini adalah silaturahmi dan pengajian rutin pada minggu ketiga setiap bulan yang terbuka untuk umum. Sedangkan jumlah relawan aktif di MPM sebanyak 30 orang yang mayoritas mahasiswa/alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pergerakan ini berbasis relawan sehingga kendala yang dialami oleh pergerakan ini adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas dengan banyaknya bidang yang dikerjakan oleh MPM. (Ramadhany Rahmi)

No comments:

Post a Comment