Bandung
Disaster Study Group (BDSG) bekerja sama dengan ASB
(Arbeiter-Samariter Bund) mengundang 15 pendamping difabel untuk mengikuti
pelatihan pengurangan resiko bencana gempa pada Selasa (10/3) di SLB N 2 Yogyakarta.
Bandung
Disaster Study Group merupakan kumpulan pemuda yang concern pada
isu kebencanaan, termasuk bagaimana cara pengurangan resiko bencana.
“Sebelum kegiatan ini,
kami (BDSG) sudah mengadakan pelatihan di beberapa sekolah di Bandung dan Yogyakarta
juga live in
di rumah warga Kotagede Yogyakarta. Rumah warga Kotagede banyak yang tidak
berjarak atau mepet-mepet. Itu salah satu indikasi rumah rentan dan beresiko
saat terjadi
bencana”, ujar Aldorio Prastyawan Satriajaya selaku relawan BDSG.
Aldo menambahkan,
kegiatan live in
tersebut bersifat sharing
pengalaman, bagaimana cara
mencegah agar korban bencana bisa diminimalisir. Contohnya dengan menata
perabot rumah di posisi yang tidak membahayakan penghuni rumah saat terjadi
bencana.
Inisiatif pengadaan
pelatihan untuk pendamping difabel ini berangkat dari kegelisahan Aldo setelah
mengetahui bahwa gempa yang terjadi di Bantul Yogyakarta tahun 2006 banyak
orang-orang difabel yang tidak terakomodir mengenai pengetahuan kebencanaan
yang akhirnya menjadi korban. Atau masyarakat yang tadinya tidak difabel ketika
terjadi bencana tidak tahu bagaimana cara menyelamatkan diri, sehingga menjadi
difabel karena tertimpa reruntuhan.
Tim BDSG berharap,
peserta yang telah mengikuti pelatihan ini dapat membagikan ilmunya kepada
orang lain termasuk anak didik di Sekolah Luar Biasa (SLB) agar lebih banyak
orang yang mau mengerti tentang kebencanaan. (Ramadhany Rahmi)
No comments:
Post a Comment