Translate

Tuesday, March 17, 2015

Difabel Tuli Desak Pemerintah Menerapkan Sistem Pembelajaran Bilingual

Dalam rangka memperingati Hari Difabel Internasional yang diperingati setiap tanggal 3 Desember, SIGAB menyelenggarakan acara Temu Inklusi yang dilaksanakan selama 3 hari, 19-21 Desember 2014 di Desa Sendangtirto, Berbah, Sleman. Sabtu, 20 Desember 2014 terdapat 8 wokshop yang diakan secara  bersamaan.Salah satunya workshop Pendidikan Inklusi bertempat di SLB Kencana 2 Berbah, Sleman yang dimulai pada pukul 09.00-12.00. Workshop ini diikuti oleh 40 orang dengan latar belakang dan daerah yang berbeda-beda. Pak Setia Adi Purwanta, seorang difabel netra berlaku sebagai pembicara pada kesempatan ini.
Prinsip dasar pendidikan inklusif adalah seyogyanya semua anak dapat belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan atau perbedaan yang ada pada mereka. Konsep pendidikan inklusif mendapat penerimaan yang baik di berbagai Negara karena semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak didiskriminasi dan memperoleh pendidikan yang bermutu dan semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan difabilitasnya.  Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak serta sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda pun menjadi alas an diterimanya konsep pendidikan inklusif di berbagai negara.
Dengan adanya dukungan yang baik dari pemerintah, maka di berbagai daerah banyak bermunculan sekolah yang berlabel sekolah inklusi. Di satu sisi hal ini merupakan sesuatu yang menggembirakan karena akan meningkatkan kesempatan bagi anak difabel untuk mengenyam pendidikan. Namun di sisi lain ketika kita melihat penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang telat mempunyai label inklusi, hal yang menggembirakan tersebut berubah menjadi menyedihkan. Berbagai persoalan masih terlihat di sana sini. Mulai dari masalah aksesibilitas bangunan sekolah dan bahan ajar, asesmen, modifikasi kurikulum, kualitas guru pendamping, system penilaian sampai dengan pelibatan orang tua siswa. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi ada beberapa sekolah berlabel inklusi justru menolak atau mengeluarkan siswa difabel dari sekolahnya.
Upaya memperbanyak sekolah yang berlabel sekolah inklusif tanpa dibarengi dengan peningkatan layanan kepada siswa difabel akan sangat merugikan bagi anak difabel karena siswa difabel di sekolah inklusi akan merasa pada lingkungan asing dan kurang bersahabat,  siswa difabel tidak dapat mengikuti pelajaran secara maksimal,  serta akan memperkuat padangan siswa non difabel bahwa siswa difabel memang bodoh,  terbelakang, hanya mengganggu, dll. Hal ketiga ini justru jauh lebih berbahaya disbanding dua hal sebelumnya.
Melihat adanya kesenjanganan antara konsep dan realita yang terjadi di lapangan maka perlu dicari upaya pemecahan agar prasangka-prasangka negative terhadap anak-anak difabel tidak justru ditumbuhkan di dunia pendidikan, yang seharusnya dapat menuntut siswa lebih mengasah sisi kemanusiaan dan menyiapkan siswa menjadi manusia-manusia yang penuh bermartabat.
Tujuan dari kegiatan ini untuk mengidentifikasi berbagai persoalan yang dialami dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah inklusi dan menyusun rekomendasi perbaikan perbaikan penyelenggaraan pendidikan inklusif.
Workshop yang diikuti oleh 40 peserta ini dibagi menjadi dua kelompok diskusi. Kedua kelompok merumuskan permasalahan di pendidikan inklusi serta rekomendasi dan solusi. Beberapa kesulitan yang dialami peserta didik difabel tuli antara lain sulit memahami kalimat pada materi belajar di sekolah, sulitnya komunikasi, kurangnya guru pendamping khusus dan kurikulum yang diterapkan di sekolah tidak mengakomodir anak berkebutuhan khusus.

Peserta didik tuli mengharapkan metode belajar di sekolah harus bilingual agar mempermudah tuli mengakses materi pelajaran. Mereka juga berharap pemerintah lebih bertanggungjawab mensosialisasikan kepada seluruh sekolah di Indonesia bahwa kemampuan dari setiap anak berkebutuhan khusus bias dikembangkan.

No comments:

Post a Comment