Translate

Tuesday, January 6, 2015

Festival Film Disabilitas Tahun Kedua: Harmoni Lewat Inklusi



Solider.or.id, Yogyakarta- Festival Film Disabilitas memasuki penyelenggaraannya yang kedua.  Setelah mengawali debut mereka pada Desember 2013 di Jogja National Museum, panitia faestival mengadakannya kembali dengan didukung oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Peduli Difabel Universitas Gadjah Mada (UGM).
Peserta festival film disabilitas dibuka untuk pelajar/umum dan tidak dipungut biaya apapun oleh panitia. Kriteria kompetisi Festival Film Indonesia berjenis film dokumenter atau fiksi, tema seputar disabilitas/difabel, durasi maksimal 15 menit dan tahun produksi bebas, karya dibuat individu/kelompok/institusi, dalam satu sekolah/institusi yang sama/berbeda, dan dikirimkan atas nama sekolah yang diikuti sutradara. Tim produksi pelajar aktif/mahasiswa/umum, karya berbahasa lokal wajib diberi subtitle Bahasa Indonesia, boleh mengirimkan lebih dari 1 karya, karya belum pernah diikutsertakan dalam festival ini, karya yang pernah mengikuti festival lain boleh diikutsertakan. Musik/lagu dan materi lain yang digunakan dalam film tidak boleh menggunakan milik orang lain, kecuali ada ijin tertulis dari pembuatnya. Penggunaan musik dari situs internet gratis wajib mencantumkan nama situs di credit title. Peserta bertanggungjawan sepenuhnya atas hal ini jika ada tuntutan pihak lain di kemudian hari. Hak cipta karya milik peserta. Khusus untuk kepentingan publikasi, penyelenggara dapat menggunakan karya untuk ditampilkan di website Festival Film Disabilitas dan media nirlaba lainnya. Film dapat diunggah dalam media daring seperti youtube untuk kepentingan kampanye pengarusutamaan isu disabilitas.
Irwan Syambudi, ketua panitia rangkaian acara sekaligus salah seorang pendiri Festival Film Disabilitas, mengatakan kisah awal terbentuknya organisasi ini karena kegelisahan yang mereka lihat terhadap kondisi difabel khususnya saat melihat fasilitas publik khususnya di Jogja yang kurang akses terhadap difabel. Dia dan ke-6 kawan pendiri Festival Film Disabilitas berharap bisa mengangkat kedudukan difabel menjadi setara dengan manusia pada umumnya dan mampu hidup mandiri. Bukan rasa iba dan kasihan yang diinginkan oleh difabel.
Advokasi melalui Film
Rangkaian acara Festival Film Disabilitas salah satunya adalah pemutaran film bertema difabel di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada pada Selasa (6/1)15.00 - 17.00 WIB. Ada empat film pendek yang diputar pada screening kali ini. Yakni film berjudul Ijolan, Tak Terbatas, Dandelion, dan Girl with Bicycle. Keempat film ini masih pada tahap seleksi beserta 25 film lainnya dan diumumkan pemenangnya pada hari Rabu (7/1) Januari 2015 di Lembaga Indonesia Perancis (LIP Yogyakarta) pada pukul 18.30 - 22.00 WIB.
Salah seorang difabel tuli yang datang pada acara screening film ini mengungkapkan rasa senang dapat melihat banyak film bertemakan difabel dari kalangan muda. "Aku senang lihat film difabel sudah akses untuk tuli karena ada subtitle di 3 film tadi. Tapi bagaimana kalau ada difabel daksa yang ingin ikut nonton? Ruangan di lantai 3 tapi tidak ada lift dan ramp dari panitia", ujar Arief Wicaksono dalam bahasa isyarat.
"Belum banyak kampanye dan advokasi kepedulian terhadap difabel dalam bentuk film", pungkas Irwan kepada Solider.

No comments:

Post a Comment