Translate

Saturday, January 17, 2015

Nun Nani Rachma: Seniman Henna yang Bangga Menjadi Difabel




Nun Nani Rachma Putri, gadis dengan satu tangan ini membuktikan bahwa menjadi difabel bukan  alasan untuk berhenti berkarya.
Gadis yang akrab disapa Ney ini harus ikhlas kehilangan tangan kanannya setelah mengalami kecelakan di Jalan Imogiri Barat Jogja pada bulan Juni 2012. Ney merampungkan pendidikannya di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Pendidikan Kimia angkatan 2007. Sebelum menjadi difabel, perempuan kelahiran 26 Januari 1989 ini bercita-cita menjadi seorang Dosen Kimia karena kegemarannya belajar Kimia.
"Hobi aja, senang belajar Kimia. Dulu (sebelum kecelakaan) udah niat banget mau lanjut kuliah S2 ambil Kimia juga tapi nggak bisa karena di laboratorium itu kan harus kompeten dua tangan untuk semua praktiknya", ungkap Ney.
Dua bulan menjalani perawatan di rumah sakit membuat Ney depresi dan bosan. Tidak mudah baginya menerima dan mengikhlaskan disfungsi tangan kanannya yang sejak lahir selalu digunakan. Guna menghilangkan depresinya, dia mencoba menuangkan perasaannya ke dalam sebuah tulisan di blog pribadinya dan melukis dengan menggunakan kuas. 
Hingga kembalinya dari rehabilitasi, Ney terus berlatih melukis karena dengan melukis dia merasa beban pikirannya dapat tersalurkan. Karakter lukisan Ney mirip dengan karakter henna atau pacar yang diracik dari daun tanaman.  Tante dari Ney lalu mengajaknya untuk lebih memperdalam bakat dan mencoba merias tangan dengan henna.
"Semua orang punya cara sendiri untuk keluar dari rasa depresi saat sakit. Aku pilih untuk melukis dan Alhamdulillah sangat dilancarkan. Mungkin karena tangan kiriku yang banyak bergerak sehingga otak kananku banyak bekerja. Kan otak kanan itu lebih banyak digunakan untuk kreativitas", tambah Ney saat ditemui Solider di butik Tirana House Jogja, Kamis 15 Januari 2015.

Bangga Menjadi Difabel

Sulung dari pasangan Abdul Yani dan Badriyah ini mengaku belajar banyak ketrampilan desain henna dari Henna Artist Jogja yang pernah ditemuinya saat mengikuti acara. Dia juga pernah memenangkan lomba desain henna untuk pemula yang diadakan di Jakarta, Agustus 2014 silam. Gadis yang berencana menikah tahun 2015 ini masih ingin terus mengikuti lomba henna dengan tujuan bisa menjalin silaturahmi dengan sesama Henna Artist sekaligus mempromosikan "power of difabel". Di sela sharing pengalaman dengan sesama Henna Artist, Ney selalu mempromosikan kepada mereka yang memiliki keluarga, kerabat, atau tetangga yang difabel untuk tidak hidup malas.
"Jadi difabel itu nggak boleh malas. Kalau kamu rajin, orang akan lebih menghargai kamu dan melihatmu bukan karena kasihan", pungkas Ney yang sering mendapatkan pesanan hadiah pernikahan. Tak hanya di daerah Jogja saja, dengan keterbatasan fisiknya, Ney tetap semangat memenuhi langganan desain henna hingga ke Solo dan Purworejo.
"Dia itu orangnya asyik, optimis, mudah bergaul dengan orang-orang baru. Dia juga mau kerja keras meskipun tangan kanannya sudah dia ikhlaskan. Ney juga menginspirasi setiap kliennya. Banyak yang datang juga karena penasaran dengan skill-nya henna pake tangan kiri", ungkap Angga salah seorang kerabat Ney di butik Tirana House Jogja tempat mereka bekerja.

No comments:

Post a Comment