Nun Nani Rachma Putri, gadis dengan satu tangan ini
membuktikan bahwa menjadi difabel bukan alasan untuk berhenti berkarya.
Gadis yang akrab disapa Ney ini harus ikhlas
kehilangan tangan kanannya setelah mengalami kecelakan di Jalan Imogiri Barat
Jogja pada bulan Juni 2012. Ney merampungkan pendidikannya di Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Pendidikan Kimia angkatan 2007.
Sebelum menjadi difabel, perempuan kelahiran 26 Januari 1989 ini bercita-cita
menjadi seorang Dosen Kimia karena kegemarannya belajar Kimia.
"Hobi aja, senang belajar Kimia. Dulu
(sebelum kecelakaan) udah niat banget mau lanjut kuliah S2 ambil Kimia juga
tapi nggak bisa karena di laboratorium itu kan harus kompeten dua tangan untuk
semua praktiknya", ungkap Ney.
Dua bulan menjalani perawatan di rumah sakit membuat
Ney depresi dan bosan. Tidak mudah baginya menerima dan mengikhlaskan disfungsi
tangan kanannya yang sejak lahir selalu digunakan. Guna menghilangkan
depresinya, dia mencoba menuangkan perasaannya ke dalam sebuah tulisan di blog
pribadinya dan melukis dengan menggunakan kuas.
Hingga kembalinya dari rehabilitasi, Ney terus
berlatih melukis karena dengan melukis dia merasa beban pikirannya dapat
tersalurkan. Karakter lukisan Ney mirip dengan karakter henna atau pacar yang
diracik dari daun tanaman. Tante dari Ney lalu mengajaknya untuk lebih
memperdalam bakat dan mencoba merias tangan dengan henna.
"Semua orang punya cara sendiri untuk keluar dari
rasa depresi saat sakit. Aku pilih untuk melukis dan Alhamdulillah sangat
dilancarkan. Mungkin karena tangan kiriku yang banyak bergerak sehingga otak
kananku banyak bekerja. Kan otak kanan itu lebih banyak digunakan untuk
kreativitas", tambah Ney saat ditemui Solider di butik Tirana House Jogja,
Kamis 15 Januari 2015.
Bangga Menjadi Difabel
Sulung dari pasangan Abdul Yani dan Badriyah ini
mengaku belajar banyak ketrampilan desain henna dari Henna Artist
Jogja yang pernah ditemuinya saat mengikuti acara. Dia juga pernah memenangkan
lomba desain henna untuk pemula yang diadakan di Jakarta, Agustus 2014
silam. Gadis yang berencana menikah tahun 2015 ini masih ingin terus mengikuti
lomba henna dengan tujuan bisa menjalin silaturahmi dengan sesama Henna
Artist sekaligus mempromosikan "power of difabel". Di sela sharing
pengalaman dengan sesama Henna Artist, Ney selalu mempromosikan kepada
mereka yang memiliki keluarga, kerabat, atau tetangga yang difabel untuk tidak
hidup malas.
"Jadi difabel itu nggak boleh malas. Kalau kamu
rajin, orang akan lebih menghargai kamu dan melihatmu bukan karena
kasihan", pungkas Ney yang sering mendapatkan pesanan hadiah pernikahan.
Tak hanya di daerah Jogja saja, dengan keterbatasan fisiknya, Ney tetap
semangat memenuhi langganan desain henna hingga ke Solo dan Purworejo.
"Dia itu orangnya asyik, optimis, mudah bergaul
dengan orang-orang baru. Dia juga mau kerja keras meskipun tangan kanannya
sudah dia ikhlaskan. Ney juga menginspirasi setiap kliennya. Banyak yang datang
juga karena penasaran dengan skill-nya henna pake tangan kiri",
ungkap Angga salah seorang kerabat Ney di butik Tirana House Jogja tempat
mereka bekerja.
No comments:
Post a Comment