Translate

Thursday, May 7, 2015

Tuli Adalah Kelompok Minoritas Linguistik



“Tuli bukan cacat atau disabilitas fisik, melainkan sebuah kelompok minoritas linguistik pengguna bahasa isyarat,” ungkap Adhi Kusumo Bharoto yang diterjemahkan oleh juru bahasa isyarat. Pernyataan tersebut merupakan salah satu materi dalam seminar bahasa isyarat Minggu (29/3) di Madre, Angkringan Tuli Yogyakarta.
Seminar ini merupakan kerja sama Deaf Art Community (DAC) dan mahasiswa komunikasi Univesitas Veteran Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta yang juga didukung oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta. Seminar ini merupakan acara puncak bagi peserta yang telah mengikuti program pelatihan Creative, Fun, Attractive (CRAFT)selama bulan Maret 2015. Pelatihan CRAFT merupakan pelatihan bahasa isyarat yang bekerja sama dengan DAC dan ditutup dengan seminar. Pelatihan ini tidak berbayar dan bagi peserta yang mengikuti lebih dari 5 kali kelas bahasa isyarat mendapatkan kamus bahasa isyarat Yogyakarta yang diterbitkan oleh Laboratorium Riset Bahasa Isyarat.
Pelatihan bahasa isyarat ini telah diadakan seminggu tiga kali yakni hari Senin bertempat di Sekolah Semangat Tuli, hari Kamis di identitas kafe, dan hari Jum’at di Madre Angkringan Tuli. Ketiga tempat ini merupakan basecamp dan lokasi tempat anggota DAC bekerja. Pelatihan ini diikuti lebih dari 50 peserta dengan bermacam-macam latar belakang profesi dan usia.
Adhi Kusumo Bharoto, yang juga lulusan studi linguistik pada sebuah kampus di Hong Kong ini menambahkan Tuli adalah pernyataan kultural sebagai identitas Budaya Tuli. Dikatakan demikian karena Budaya Tuli juga memiliki unsur yang sama dengan budaya pada umumnya. Yakni adanya bahasa, sejarah, sistem nilai, tata perilaku, sistem kepercayaan, tradisi, sistem kemasyarakatan, perjuangan, dan kesenian.
Seluruh peserta mengikuti seminar ini hingga pukul 16.00 WIB dan semangat mereka berlanjut hingga hadir dalam pementasan seni pada hari yang sama pukul 19.30 WIB di lokasi yang sama.

No comments:

Post a Comment