Translate

Thursday, May 7, 2015

Perlunya Pendidikan dan Layanan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja dan Orangtua Anak Difabel



Dalam proses pemahaman diri sendiri tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi, difabel dihadapkan pada persoalan mengkomunikasian dan memahamkan kepada orang lain mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapinya serta bagaimana penyelesaian yang dipilih. Kesehatan reproduksi, bagi sebagian besar masyarakat dengan adat ketimuran, masih dianggap sebagai suatu yang tabu dan tidak boleh dibicarakan, terlebih kepada remaja atau bahkan anak-anak. Hal ini menjadi isu tersendiri ketika dikaitkan dengan masa-masa pubertas.
Pola komunikasi dan kesadaran kedua belah pihak baik orangtua maupun remaja difabel, menjadi sangat penting dalam penyelesaian masalah-masalah yang mungkin dihadapi dalamkesehatan reproduksi. Keragaman difabilitas yang dialami sangat berpengaruh kepada bagaimana cara menyampaikan materi kesehatan reproduksi supaya mudah diterima.
Tuli akan memiliki kendala yang berbeda dengan difabel netra, difabel daksa akan menyelesaikan masalahnya dengan cara yang tidak sama dengan difabel grahita. Difabel daksa sendiri misalnya, pengguna kruk akan menghadapi hambatan berbeda denganparaplegic.  Menjelaskan organ-organ reproduksi kepada remaja tuli akan berbeda caranya dengan penjelasan kepada difabel netra, dan sebagainya. Kompleksitas yang terjadi karena keberagaman disabilitas inilah yang membuat isu kesehatan reproduksi menjadi sangat rumit bagi difabel.
Tidak semua sekolah baik Sekolah Luar Biasa (SLB), sekolah umum, maupun sekolah inklusif  mengajarkan pendidikan terkait kesehatan reproduksi kepada peserta didik. Peran serta orang tua menjadi sangat penting untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi terutama orang tua anak difabel. Informasi kesehatan reproduksi sangat memperngaruhi kesehatan reproduksi yang tidak hanya sehat alat reproduksinya, namun juga sehat secara mental dan sosial. Sering kali, kurangnya informasi dan kesadaran kesehatan reproduksi menimbulkan permasalahan kesehatan reproduksi seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak tahu cara merawat kesehatan alat reproduksi pribadi yang menyebabkan penyakit menular seperdi AIDS atau HIV. 
Pembelajaran Harus Tepat Sasaran
Ketidakpahaman risiko yang akan dihadapi jika tidak menjaga kesehatan reproduksi belum sepenuhnya dimengerti oleh remaja difabel. Remaja difabel menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi. Pendidikan dan layanan kesehatan reproduksi mutlak diperlukan untuk remaja difabel agar dapat menghindari masalah kesehatan reproduksi yang tidak diinginkan dan mengurangi jumlah korban kekerasan terhadap remaja difabel. Tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua anak difabel, pemerintah juga dituntut untuk memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah dan menindak tegas pelaku kekerasan seksual remaja difabel.
Pembelajaran terkait kesehatan reproduksi harus dapat dipastikan tepat sasaran dan diterima baik oleh remaja difabel. Materi pelajaran kesehatan reproduksi tidak bisa disamakan untuk remaja difabel karena kemampuan mereka yang berbeda dalam menyerap informasi. Contohnya untuk remaja tuli, dibutuhkan kemampuan bahasa isyarat oleh guru yang mengajar disertai gambar beserta keterangan, alat peraga, dan video. Hal ini bertujuan agar remaja difabel dapat memahami secara optimal materi mengenani kesehatan reproduksi. Tentu berbeda jika menyampaikannya kepada remaja difabel lainnya. Materi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan remaja difabel agar informasi kesehatan reproduksi untuk remaja difabel dapat tersampaikan dengan maksimal.

No comments:

Post a Comment