Sentra Advokasi, Perempuan, Difabel, dan Anak
(SAPDA) mengadakan semiloka bersama dengan SKPD Kota/Kabupaten di Daerah
Istimewa Yogyakarta serta beberapa lembaga/komunitas disabilitas yang ada di
Yogyakarta pada Selasa, 24 Maret 2015 di Hotel Ruba Grha Yogyakarta. Semiloka
ini dihadiri oleh 37 peserta.
“Penyediaan informasi yang aksesibel harus ada
agar warga dengan disabilitas dapat dengan mudah menerima dan memberikan
informasi. Selain informasi, akses atas layanan kesehatan reproduksi dan
seksualitas yang ramah disabilitas juga menjadi salah satu bagian penting
pemenuhan hak dan kebutuhan orang dengan disabilitas”, ungkap Sholih Muhdlor
dari SAPDA.
Sholih menambahkan tujuan dari semiloka ini untuk
mendapatkan informasi berkaitan dengan implementasi kebijakan tentang informasi
dan layanan kesehatan reproduksi remaja disabilitas. Menurut Sholih, latar
belakang semiloka ini adalah pemenuhan atas hak informasi dan layanan kesehatan
reproduksi dan seksualitas bagi remaja disabilitas masih menjadi tantangan yang
cukup berat baik bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, pemberi layanan,
dan komunitas disabilitas itu sendiri.
Narasumber pada semiloka ini adalah Kepala Dinas
Kesehatan DIY, Kepala Dinas Pendidikan DIY, Dr. Pariawan Luthfi Ghazali, dan
Presti dari SAPDA. Narasumber dari Dinas Kesehatan menyampaikan bahwa pihaknya
telah menyediakan layanan kesehatan reproduksi dan seksualitas melalui
puskesmas di tiap kecamatan yang dapat diakses oleh siapa pun. Sedangkan dari
pihak Dinas Pendidikan menyampaikan bahwa layanan kesehatan reproduksi dan
seksualitas sudah diberikan di sekolah-sekolah dari tingkat SD, SMP, dan SMA
pada Unit Kesehatan Sekolah (UKS) di masing-masing sekolah.
Peserta mengeluhkan bahwa layanan kesehatan reproduksi
dan seksualitas yang diberikan tersebut belum ramah terhadap difabe. Peserta
mengharapkan adanya buku panduan mengenai layanan kesehatan reproduksi dan
seksualitas untuk orang tua yang memiliki anak disabilitas. Peserta juga
mengharapkan ada mata pelajaran khusus terkait kesehatan reproduksi dan
seksualitas di sekolah-sekolah, tidak hanya menyelipkan materi tersebut pada
mata pelajaran lain karena murid tidak dapat menangkap informasi tersebut
secara maksimal.
No comments:
Post a Comment